Jumat, 18 Februari 2011

dakwatuna.com – Serang. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang, Banten, KH Mahmudi mengatakan, Al Quran sebagai pedoman hidup umat Islam memiliki 4 keistimewaan.
“Pertama, Al Quran ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Kedua, dengan hanya membaca Al-Quran seorang muslim sudah mendapatkan pahala, apalagi memahami sekaligus mengamalkannya, ” kata Mahmudi di Serang, Jumat.
Pernyataan Ketua MUI Kota Serang tersebut terkait dengan peringatan Nuzulul Quran yang jatuh setiap hari ke-17 Ramadhan. Pada tahun ini, yang akan terjadi terjadi pada Senin (7/9) malam.
“Jika diartikan ke beberapa bahasa di dunia Al Quran itu fleksibel. Keempat, jika dibaca dengan cara dilantunkan maka Al Quran menghasilkan nada yang merdu,” katanya.
Ia juga menjelaskan,substansi Al Quran juga mengandung makna yang tak terhingga. Mahmudi menuturkan, hari ke-17 Ramadhan adalah saat pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu Allah SWT selaku nabi. Al-Quran memuat segala sesuatu tentang dunia dan akhirat.
“Seorang muslim yang menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup niscaya akan selamat di dunia dan akhirat,” kata pimpinan Pondok Pesantren Al-Mubarok, Kota Serang ini.
Mahmudi mengungkapkan, terkait pengamalan nilai-nilai Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, Mahmudi mengakui masih lemah. Indikasinya, sebagian besar umat hanya sanggup membaca materi Al Quran, akan tetapi sedikit sekali dari mereka yang memahami.
Oleh karena itu dirinya mengusulkan, perlunya ada pelatihan membaca dan memahami Al Quran pada kurukulum pendidikan umum, mulai dari SD hingga perguruan tinggi.
“Hal ini untuk menanamkan pengetahuan sejak dini. Kalau di lembaga pendidikan agama, seperti ponpes atau majelis taklim pembelajaran Al Quran sudah sangat intensif,” kata Mahmudi.
Di tempat terpisah, Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Serang Muhyi Mohas mengajak semua elemen warga menghayati makna Al Quran.
“Terlebih di bulan Ramadhan, membaca Al-Quran mempunyai amal dan makna tersendiri. Ayat yang pertama kali diterima Muhammad adalah iqra (bacalah). Itu jangan dimaknai secara harafiah. Baca itu artinya membaca kehidupan, alam, gejala sosial, hingga perubahan. Umat Islam intinya harus cerdas. Diminta untuk rajin membaca,” tukas Muhyi. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar